
Cara Membuat Cohort Retention Chart
Saat membicarakan analisis data pengguna, ada satu jenis visualisasi yang sangat membantu memahami perilaku pengguna dari waktu ke waktu, yaitu cohort retention chart.
Ini adalah sebuah grafik yang menggambarkan seberapa banyak pengguna yang masih aktif atau tetap menggunakan layanan pada waktu tertentu setelah mereka pertama kali bergabung.
Biasanya, data ini ditampilkan dalam bentuk tabel berwarna atau heatmap agar kita bisa melihat pola retensi secara visual.
Bagi kamu yang ingin berkarier di bidang data, Sertifikasi Data Analyst bisa menjadi pembeda yang menunjukkan keseriusan dan profesionalisme di mata rekruter.
Kenapa Cohort Retention Chart Penting?
Mengetahui cara membuat cohort retention chart bukan hanya soal menyusun data menjadi tabel. Lebih dari itu, chart ini memberikan insight mendalam yang bisa digunakan untuk memperbaiki strategi bisnis, memperpanjang umur pengguna, dan mengevaluasi efektivitas kampanye atau fitur baru yang diluncurkan.
Tahap Persiapan Sebelum Membuat Cohort Retention Chart
Sebelum masuk ke tahap teknis membuat cohort retention chart, ada beberapa hal yang harus disiapkan terlebih dahulu. Langkah ini penting agar data yang akan digunakan sudah siap diolah dan memberikan hasil analisis yang akurat.
1. Tentukan Struktur Cohort
Langkah awal dalam cara membuat cohort retention chart adalah menentukan jenis cohort yang akan digunakan. Cohort bisa dibagi berdasarkan waktu, misalnya cohort mingguan, bulanan, atau bahkan harian. Pilih yang paling sesuai dengan jumlah data dan siklus pengguna produkmu.
2. Kumpulkan dan Susun Data
Setelah menentukan cohort, langkah berikutnya adalah mengumpulkan data pengguna. Idealnya, data yang dikumpulkan mencakup tanggal pendaftaran pengguna (signup date) dan aktivitas selanjutnya seperti login, pembelian, atau penggunaan fitur tertentu. Data ini akan menjadi dasar dalam membuat perhitungan retensi.
3. Pilih Alat yang Akan Digunakan
Untuk membuat cohort retention chart, kamu bisa menggunakan berbagai tools tergantung kompleksitas data. Excel dan Google Sheets cocok untuk dataset kecil hingga menengah. Sedangkan untuk data yang besar dan dinamis, SQL dan tools visualisasi seperti Tableau atau Looker lebih disarankan.
Cara Membuat Cohort Retention Chart di Excel atau Google Sheets
Jika kamu ingin membuat cohort retention chart menggunakan Excel atau Google Sheets, berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan. Metode ini cukup efektif untuk pemula dan cocok digunakan dalam analisis ringan hingga menengah.
1. Siapkan Data Mentah di Lembar Kerja
Mulailah dengan memasukkan data pengguna ke dalam spreadsheet. Pastikan ada dua kolom utama: tanggal pengguna mendaftar dan tanggal pengguna melakukan aktivitas yang ingin diukur. Data ini harus dalam format tanggal yang konsisten agar mudah diolah nantinya.
2. Hitung Selisih Waktu Aktivitas
Langkah berikutnya dalam cara membuat cohort retention chart adalah menghitung berapa lama pengguna bertahan sejak pertama kali mendaftar. Misalnya, kamu bisa menghitung jumlah bulan atau minggu antara tanggal pendaftaran dan tanggal aktivitas untuk setiap baris data. Hasilnya nanti bisa digunakan untuk membuat pivot table.
3. Buat Pivot Table dan Hitung Retensi
Setelah memiliki data selisih waktu, kamu bisa mulai membuat pivot table. Baris pada pivot diisi dengan tanggal cohort (misalnya bulan pendaftaran), dan kolom diisi dengan jumlah minggu atau bulan setelah pendaftaran. Nilai yang ditampilkan adalah jumlah pengguna yang masih aktif pada waktu tersebut.
Cara Membuat Cohort Retention Chart Menggunakan SQL dan Tools BI
Untuk perusahaan atau bisnis dengan volume data yang lebih besar, metode berbasis SQL dan visualisasi menggunakan Business Intelligence tools sangat dianjurkan. Prosesnya memang sedikit lebih teknis, tetapi hasilnya jauh lebih fleksibel dan powerful.
1. Query Dasar untuk Mengelompokkan Cohort
Pertama-tama, buat query SQL untuk mengelompokkan pengguna berdasarkan waktu pendaftaran mereka. Biasanya, data dikelompokkan berdasarkan bulan atau minggu. Kamu bisa menggunakan fungsi DATE_TRUNC() atau sejenisnya tergantung dari sistem database yang digunakan.
2. Hitung Aktivitas dan Periode Retensi
Selanjutnya, tambahkan perhitungan untuk menghitung berapa lama pengguna bertahan sejak pertama kali mendaftar. Ini bisa dihitung berdasarkan selisih antara tanggal aktivitas dan tanggal cohort. Data ini nantinya akan digunakan untuk membentuk matriks retensi.
3. Buat Visualisasi di BI Tools
Terakhir dalam proses cara membuat cohort retention chart menggunakan SQL, adalah mentransfer data tersebut ke alat visualisasi seperti Tableau, Looker, atau Google Data Studio. Gunakan tampilan matrix dengan sumbu horizontal menunjukkan minggu atau bulan sejak pendaftaran, dan sumbu vertikal menunjukkan cohort waktu pendaftaran. Warna pada matrix bisa digunakan untuk menampilkan persentase retensi.
Strategi untuk Membaca dan Menggunakan Chart Retensi
Setelah chart berhasil dibuat, penting untuk tahu cara membacanya agar tidak hanya sekadar visualisasi, tetapi juga bisa diambil insight nyata darinya.
1. Identifikasi Titik Turun Retensi
Salah satu hal utama yang bisa dilihat dari cohort retention chart adalah kapan pengguna mulai berhenti menggunakan produk. Apakah mereka meninggalkan setelah minggu pertama? Atau mungkin setelah bulan kedua? Informasi ini sangat berguna untuk mengoptimalkan onboarding atau menawarkan insentif tertentu.
2. Bandingkan Antar Cohort
Dengan membandingkan cohort dari bulan ke bulan, kamu bisa melihat apakah ada perbaikan atau penurunan dalam performa retensi. Misalnya, jika cohort bulan Januari memiliki retensi lebih baik dibanding Februari, maka mungkin ada fitur baru yang diluncurkan di Januari yang memberikan dampak positif.
3. Lakukan Segmentasi untuk Insight Lebih Dalam
Jika memungkinkan, cobalah membagi cohort berdasarkan kategori tertentu, seperti sumber trafik, jenis perangkat, atau lokasi geografis. Ini akan membantu kamu memahami segmen pengguna mana yang paling loyal, dan mana yang butuh perhatian lebih.
Kesimpulan
Memahami cara membuat cohort retention chart merupakan langkah penting dalam analisis perilaku pengguna. Dengan chart ini, kita bisa melihat bagaimana pengguna tetap aktif (atau tidak) dari waktu ke waktu, mengidentifikasi masalah retensi sejak dini, serta mengukur dampak dari strategi pemasaran atau perubahan produk yang dilakukan.