
Cara Membuat Cohort Retention Chart
Sebelum kita bahas lebih dalam tentang cara membuat cohort retention chart, penting untuk memahami dulu konsep dasar dari chart ini.
Dalam dunia analitik, khususnya yang berkaitan dengan produk digital, memahami perilaku pengguna sangatlah penting. Salah satu cara yang efektif untuk melakukannya adalah dengan menggunakan cohort analysis.
Cohort retention chart adalah sebuah visualisasi yang menunjukkan bagaimana kelompok pengguna (cohort) bertahan atau terus menggunakan sebuah produk dari waktu ke waktu.
Misalnya, pengguna yang pertama kali mendaftar pada minggu pertama Juli akan dibandingkan tingkat retensinya dengan pengguna yang mendaftar di minggu-minggu berikutnya.
Chart ini sangat berguna untuk mengidentifikasi tren retensi pengguna, mengevaluasi efektivitas pembaruan produk, serta membantu dalam mengambil keputusan berbasis data.
Bagi kamu yang ingin membuktikan keahlian di dunia analisis data, Sertifikasi Data Analyst adalah langkah konkret untuk menonjol di tengah persaingan kerja yang ketat
Persiapan Data untuk Membuat Cohort Retention Chart
Sebelum kita masuk ke proses visualisasi, ada beberapa hal penting yang perlu dipersiapkan. Tanpa data yang benar dan terstruktur, cohort retention chart tidak akan memberikan insight yang valid.
1. Menentukan Cohort Berdasarkan Aktivitas Pengguna
Langkah pertama dalam cara membuat cohort retention chart adalah menentukan siapa saja pengguna yang akan dimasukkan ke dalam masing-masing cohort.
Biasanya, ini didasarkan pada waktu pertama kali mereka melakukan aktivitas penting seperti registrasi atau pembelian pertama.
Cohort bisa dikelompokkan berdasarkan harian, mingguan, atau bulanan tergantung pada volume data dan kebutuhan analisis.
2. Mengorganisir Data Aktivitas Selanjutnya
Setelah cohort ditentukan, selanjutnya adalah melacak aktivitas pengguna tersebut di waktu-waktu berikutnya.
Misalnya, pengguna yang mendaftar di minggu pertama Juli akan diamati apakah mereka kembali di minggu kedua, ketiga, dan seterusnya.
Data ini menjadi dasar untuk mengukur tingkat retensi dalam bentuk jumlah pengguna aktif atau persentase dari total cohort awal.
Platform dan Tools untuk Membuat Cohort Retention Chart
Bicara soal cara membuat cohort retention chart, kamu bisa melakukannya secara manual atau otomatis. Beberapa tools menyediakan fitur ini secara langsung, tapi tidak semua orang punya akses atau pengetahuan teknis untuk menggunakannya.
1. Menggunakan Google Sheets atau Excel
Jika kamu ingin cara yang sederhana dan mudah, Google Sheets atau Excel bisa jadi pilihan terbaik. Di sini kamu bisa membuat tabel cohort secara manual, mengisi data retensi dari waktu ke waktu, lalu mengubahnya ke dalam bentuk persentase.
Setelah itu, chart bisa dibuat dengan fitur visualisasi seperti conditional formatting (heatmap) atau grafik batang.
2. Alternatif Menggunakan SQL dan BI Tools
Untuk yang lebih berpengalaman, kamu bisa menggunakan SQL untuk meng-query data langsung dari database. Hasil query kemudian bisa diekspor ke tools visualisasi seperti Tableau atau Power BI.
Ini cocok jika kamu bekerja di perusahaan dengan volume data besar dan sudah memiliki pipeline data yang baik.
Proses Langkah demi Langkah Cara Membuat Cohort Retention Chart
Setelah semua data siap, sekarang saatnya masuk ke tahap implementasi. Di bagian ini, kita akan bahas prosesnya secara bertahap, dimulai dari pembuatan tabel hingga visualisasi akhir.
1. Membuat Tabel Cohort
Langkah awal adalah membuat tabel dasar yang memuat daftar cohort berdasarkan waktu pendaftaran atau aktivitas awal pengguna.
Baris pada tabel ini mewakili cohort, sedangkan kolom menunjukkan minggu atau bulan ke berapa sejak pengguna pertama kali bergabung.
2. Mengisi Data Retensi Pengguna
Langkah berikutnya dalam cara membuat cohort retention chart adalah mengisi tabel dengan jumlah pengguna yang masih aktif di setiap periode setelah pendaftaran.
Misalnya, dari 100 pengguna di minggu pertama, jika 70 masih aktif di minggu kedua, maka angka “70” dicatat di kolom minggu ke-2 untuk cohort tersebut.
3. Mengubah Data Menjadi Persentase
Untuk memudahkan interpretasi, ubah jumlah pengguna menjadi persentase retensi dari cohort awal. Rumusnya cukup sederhana (jumlah pengguna yang kembali ÷ total pengguna cohort) × 100. Hasil ini akan memperlihatkan persentase pengguna yang tetap bertahan dari waktu ke waktu.
4. Membuat Visualisasi Retention Chart
Terakhir, buat visualisasi untuk memudahkan analisis. Di Google Sheets, kamu bisa menggunakan fitur conditional formatting untuk membuat heatmap.
Warna gelap bisa menandakan retensi tinggi, sedangkan warna terang menunjukkan penurunan. Ini akan memberikan gambaran visual yang jelas tentang seberapa baik tiap cohort mempertahankan penggunanya.
Analisis dan Optimasi dari Hasil Retention Chart
Setelah grafik dibuat, pekerjaan belum selesai. Analisis yang baik akan membantu kamu mendapatkan insight berharga dari data yang ada.
1. Membandingkan Retensi Antar Cohort
Salah satu kegunaan utama dari cohort retention chart adalah kemampuan untuk membandingkan cohort satu dengan lainnya.
Apakah cohort bulan Maret memiliki retensi lebih baik dibanding cohort bulan April? Jika ya, apa yang dilakukan berbeda? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini bisa membuka peluang untuk optimasi produk.
2. Menentukan Titik Penurunan Retensi
Dengan chart ini, kamu juga bisa mengetahui di titik mana retensi mulai menurun tajam. Apakah banyak pengguna yang hilang di minggu pertama? Atau baru setelah minggu ketiga? Informasi ini bisa digunakan untuk merancang strategi retensi seperti email reminder, notifikasi, atau peningkatan fitur.
Kesalahan Umum Saat Membuat Cohort Retention Chart
Membuat cohort retention chart bisa terlihat sederhana, tapi ada beberapa kesalahan yang sering terjadi dan perlu dihindari agar hasil analisis tetap akurat.
1. Menggunakan Periode yang Tidak Relevan
Memilih interval waktu yang tidak sesuai dengan karakteristik produk dapat menyebabkan hasil yang menyesatkan. Misalnya, produk dengan siklus penggunaan harian sebaiknya dianalisis dengan cohort harian, bukan bulanan.
2. Data Tidak Bersih atau Tidak Lengkap
Jika data pengguna tidak akurat misalnya terdapat banyak akun palsu atau aktivitas yang tercatat ganda maka hasil dari cohort retention chart juga akan bias. Selalu pastikan data telah dibersihkan sebelum dianalisis.
Kesimpulan
Mengetahui cara membuat cohort retention chart adalah keterampilan penting di era digital saat ini, terutama bagi tim produk, marketing, atau analis data.
Dengan chart ini, kamu bisa memahami bagaimana perilaku pengguna berkembang dari waktu ke waktu, mengidentifikasi masalah dalam retensi, dan mencari solusi yang tepat untuk meningkatkannya.
Mulailah dengan memahami cohort, siapkan data dengan benar, olah dalam tabel, lalu visualisasikan. Jangan lupa untuk terus menganalisis dan mengevaluasi setiap cohort agar strategi retensi kamu bisa terus berkembang. Ingat, data yang baik bisa memberi keputusan yang lebih baik pula.